MENGATASI KECEMASAN PENDERITA KANKER LEHER RAHIM STADIUM AKHIR

February 7, 2008 at 12:25 am Leave a comment

UPAYA MENCEGAH KANKER LEHER RAHIM STADIUM AKHIR

Oleh Imam Affandi,S.Psi, MM

 

Kanker adalah peyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker sering dikenal masyarakat sebagai tumor, padahal tidak semua tumor adalah kanker. Tumor adalah segala benjolan tidak normal atau abnormal yang bukan radang. Penyakit kanker telah dikenal di kalangan orang-orang Mesir dan Yunani Kuno sejak dulu. Menurut American Cancer Society, kematian yang disebabkan oleh kanker pada atahun 1989, hampir mencapai angka 500 ribu. Angka itu, 2 persen dari keseluruhan kematian. Jumlah ini merupakan urutan kedua setelah kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah. (. Gizinet.com) Upaya untuk mencegah kanker ada dua hal utama pencegahan kanker yaitu tindakan fisik dan mental/kejiwaan. Sehingga tidak merusak atau semua menjadi terlambat Di Indonesia kematian akibat kanker menempati urutan kedua, setelah kematian akibat infeksi. Namun timbul praduga, apabila berbagai infeksi telah dapat diatasi dan penduduk yang mencapai usia lanjut makin banyak jumlahnya, diperkirakan jumlah penderita kanker akan menempati urutan tertinggi. Terutama pada jenis kanker leher rahim, yang diderita pada wanita, yang kemungkinan kecil bisa diobati.WHO menyatakan bahwa sepertiga sampai setengah dari semua jenis kanker dapat dicegah, sepertiga dapat disembuhakan bila ditemukan pada tahap permulaam atau stadium dini. Sisanya dapat diringankan penderitaannya. Oleh karena itu, upaya mencegah kanker dapat menemukan kanker pada stadium dini merupakan upaya yang penting karena disamping membebaskan masyarakat dari penderitaan kanker juga menekan biaya pengobatan kanker yang mahal(. Gizinet.com). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia bertambah 6,25 juta orang. Dalam 10 tahun mendatang diperkirakan 9 juta orang akan meninggal setiap tahun akibat kanker. Dua pertiga dari penderita kanker di dunia akan berada di dunia dunia yang sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan setiap tahun terdapat 100 penderita kanker yang baru dari setiap 100.000 penduduk. Menurut hasil Survay Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI, kematian yang disebabkan kanker meningkat dari tahn ke tahun ialah: 4,5%0 (1989), 4,5%0 (1992), dan 4,9%0 (1995). (. Gizinet.com)

Kondisi psikologis adalah keajaiban yang perlu kita pelajari, pahami dan kita miliki dalam kehidupan sehari-hari, mampu memperkaya kehidupan kita jadi lebih indah. Kondisi psikologis merupakan penggerak hidup kita untuk berbuat menjadi lebih baik atau lebih buruk tergantung pada kemampuan dalam mengendalikan kondisi psikologis. Menghadapi kematian merupakan suatu hal yang sangat sulit, apalagi jika menjelang saat kematian itu seseorang belum dapat menerima kenyataan tersebut dengan lapang hati. Ketika seseorang mengetahui tentang penyakit yang dideritanya, dan saat itu juga seseorang akan berfikir tentang penyakit yang di deritanya itu. Bahwa kematian merupakan diterjemahkan sebagai masa transisi dimana hidup seseorang tersebut sudah tidak lama lagi atau “death define is the process of making transition from being alive to being a death”. (webmaster@kafemuslimah.com). Secara umum manusia ingin hidup panjang dengan berbagai upaya yang dilakukan, proses hidup yang dialami manusia yang cukup panjang ini telah menghasilkan kesadaran pada diri setiap manusia akan datangnya kematian sebagai tahap terakhir kehidupannya di dunia ini. Namun demikian, meski telah muncul kesadaran tentang kepastian datangnya kematian ini, persepsi tentang kematian dapat berbeda pada setiap orang atau kelompok orang. Bagi seseorang atau sekelompok orang, kematian merupakan sesuatu yang sangat mengerikan atau menakutkan, walaupun dalam kenyataannya dari beberapa kasus terjadi juga individu-individu yang takut pada kehidupan (melakukan bunuh diri) yang dalam pandangan agama maupun kemasyarakatan sangat dikutuk ataupun diharamkan (Lalenoh, 1993 : 1).

Menghadapi kematian merupakan suatu hal yang sangat sulit, apalagi jika menjelang kematian itu seseorang belum dapat menerima kenyataan tersebut dengan lapang hati sehingga banyak menimbulkan berbagai reaksi psikologis. Penyakit kronis yang telah akut seringkali juga menimbulkan reaksi psikologis, misal kanker leher rahim, diabetes dan sebagainya Salah satu penyakit yang sering menimbulkan rasa was-was bagi kaum hawa adalah kanker serviks atau kanker leher rahim. Jenis kanker inilah yang terbanyak diderita perempuan di Indonesia. Tragisnya angka kematian pernderita kanker leher rahim di Indonesia cukup tinggi. Pasalnya, sebagian besar penderita kanker leher rahim di Indonesia baru datang berobat setelah stadium lanjut. Jika sudah pada stadium lanjut ini, maka akan sulit mencapai hasil pengobatan yang optimal . (Setyawan, 2004). Kanker leher rahim merupakan jenis kanker terbanyak kedua pada wanita yang menjadi penyebab lebih dari 250.000 kematian pada 2005. Kurang lebih 80 % kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Tanpa penatalaksanaan yang adekuat, diperkirakan kematian akibat kanker leher rahim akan meningkat 25 % dalam 10 tahun mendatang. Menurut para ahli jiwa, jika seseorang tidak mampu mengungkapkan perasaannya lewat jalur yang benar. Contohnya, bila kita sedih kita bisa meluapkannya dengan menangis. Tapi, bila seseorang menahan kesedihan sedalam-dalamnya, kesedihan itu mencari dalam jalan untuk keluar, yaitu lewat organ terlemah.

Wanita yang divonis kanker leher rahim akan memiliki dampak fisik, psikologis serta dampak sosial. Umumnya sebelum kanker meluas atau merusak jaringan disekitarnya, penderita tidak merasakan adanya keluhan ataupun gejala biasanya penyakitnya sudah kronis baru diketahui oleh si penderita Penyebab yang diduga kuat dapat menimbulkan kanker leher rahim (serviks) adalah sperma yang mengandung komplemen histon (sejenis protein) yang nantinya bereaksi dengan unsur DNA sel leher rahim, air mani yang bersifat alkalis sehingga menimbulkan perubahan pada sel rahim. Terdapatnya sejenis bakteri seperti Mycoplasma,Ehlamydla, Virus Herpes Simpleks tipe 2, Virus Papiloma. Dimana gejala awal yang sering terjadi dan dialami oleh penderita kanker rahim adalah terjadinya keputihan, keputihan berbau busuk terkadang disertai darah. Pendarahan bercak, setitik setelah bersetubuh, keluar cairan encer berbau busuk dan sipenderita mengalami keluhan tidak khas didaerah perut bawah dan panggul (webmaster@kafemuslimah.com).

Lah satu penyebab serviks adalah karena penyimpangan seksual dan ini merupakan faktor resiko yang sangat tinggi berpengaruh pada terkenanya seseorang penyakin serviks. Faktor lain yang dianggap merupakan faktor resiko adalah hubungan seksual pertama kali paada usia muda, berganti-ganti pasangan. Penyakit serviks ini sering melanda pada wanita terutama pada wanita berusia 20 hingga 30 tahun (suarakarya.com). Disisi lain, penderita kanker leher rahim seringkali menghadapi tekanan psikologis karena kanker leher rahim menimbulkan implikasi seperti rasa sakit, ketergantungan pada orang lain, ketidakmampuan dan ketidakberdayaan, hilangnya fungsi-fungsi tubuh, dan sebagainya. Penderita kanker leher rahim mengalami rasa takut, cemas, shock, putus asa, marah, serta depresi. Perasaan timbul pada diri penderita kanker leher rahim justu akan bedampak negatif. (www.majalah.farmacia.com/rubrik/one_news.asp?ID)

Kondisi psikologis berpengaruh baik secara langung maupun tidak langsung fungsi fisik dan mental suatu sikap. Hal ini dapat terjadi dalam keadaaan stess yang berat tubuh akan mengeluarkan hormon-hormon kewaspadaan dalam jumlah besar, diantaranya adalah hormon andrenalin. Keberadaan andrenalin dalam tubuh menyebabkan tubuh dalam keadaan siaga penuh dengan tekanan darah meningkat, jantung memompa darah lebih kuat, dan sel-sel tubuh dalam keadaan siaga serta mengalami ketegangan. Yang dapat mempengaruhi kondisi fisik Keadaan seperti di atas seringkali juga berpengaruh secara psikologis pada penderita serviks. Hal tersebut diungkapkan oleh Dr. Edward menulis dalam bukunya stop worryng and get well : bahwa penyakit sebetulnya disebabkan oleh pikiran-pikiran negatif yang berasal dari diri sendiri, seperti kekhawatiran yang berlebihan, tekanan batin karena kehilangan sesuatu dalam dirinya. (Hendranata, 2007:114). Dampak psikologis yang dialaminya seperti fisik berupa rasa nyeri, kerontokan rambut bahkan mungkin terjadi perubahan fisik sebagai efek pengobatan reaksi yang muncul bisa merupakan reaksi psikologis terhadap diagnosis kanker yang harus dihadapinya.

Seperti muncul perasaan, takut, terancam, marah, sedih dan depresi. Pada awalnya penderita kanker leher rahim, tidak mau menerima dirinya, merasa hidup itu tidak adil karena orang lain bebas kemana-mana sedangkan dirinya hanya didalam rumah dan mengasingkan diri dari siapapun juga dengan penyakit yang dideritanya, merasa kesepian, marah dan ketakutan akan kematian. Dengan demikian tingkat kondisi psikologis yang berlebihan akan berdampak kurang baik dalam tubuh, sehingga timbullah gejala-gejala fisik dan psikis. Rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya yang mengancam dirinya. Cemas ini lebih dekat kepada rasa takut, karena sumbernya jelas terlihat dalam fikiran. Daradjat (1985:27). Sementara reaksi psikologis adalah reaksi yang biasanya ditandai oleh adanya perasaan tegang, bingung, atau perasaan tidak menentu, terancam, tidak berdaya, rendah diri, kurang percaya diri, tidak dapat memusatkan perhatian dan adanya gerakan yang tidak terarah atau tidak pasti (Hurlock, 1996:316) Hal ini juga dikuatkan oleh pernyataan Kusuma bahwa energi negatif berkepanjangan akan merusak sehingga tubuh bioplasmatik kekurangan energi. Akibatnya badan lemah dan berbagai keluhan timbul mulai dari flu bisa sampai kanker ganas. (Hendranata, 2007:19)

 

 

Dalam keadaan seperti ini seharusnya sipenderita serviks ini menguatkan mental atau selalu memberikan dorongan yang kuta pada dirinya sendiri. Sebab ini merupakan suatu proses mental untuk memperoleh suatu pemahaman terhadap sesuatu. Suatu proses mental yang dengannya seseorang mampu menyadari (mengetahui) dan mempertahankan hubungan dengan keliling-luarnya. Kemampuan kognitie berarti kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu yang terjadi dilingkungannya (baik lingkungan dalam maupun luar). Termasuk dalam proses kognisi tersebut adalah sensasi, persepsi, asosiasi, pertimbangan, pikiran, dan kesadaran. Sensasi ini merupakan kesadaran akan adanya suatu rangsang, sensasi sama dengan pengindraan. Semua rangsang masuk dalam diri melalui panca indra, yang kemudian diteruskan keotak yang menjadi kita sadar akan adanya rangsang tersebut. Namun tidak semua rangsang yang masuk dapat dipahami atau dimengerti. Rangsang yang sekedar masuk dalam diri tetapi hanya menyadari tanpa mengeri atau memahami ransang tersebut. sedangkan persepsi adalah kesadaran akan adanya suatu rangsang ditambah dengan pengertian.

Karena adanya interaksi atau asosiasi dengan rangsang yang lainya atau rangsang yang sudah dipahami sebelumnya.Dalam pandangan psikologi naturalistik, persepsi selalu didahului adanya impresi sensori /sensasi (ada sinyal benda) kemudian diterimah oleh lapangan persepsi yang tak terhingga dan tak teraktualisasikan, selanjutnya terjadi asosiasi dengan kesadaran untuk kemudian digabung dengan impresi-impresi dan persepsi-persepsi terdahulu sehingga menghasilkan pengenalan. Dalam pandangan ini obyek persepsi hanya dipersepsi sebagian, sebagian dibayangkan. Apa yang dilihat disebut persepsi ‘hukum’, yang dibayangkan disebut persepsi potensial. Yamg potensial ini kemudian dilihat menjadi ‘hukum’. Hal ini terjadi karena ada sekema antisipasi, yaitu bahwa manusia hakekatnya tidak hanya peka terhadap apa yang di persepsi secara actual tetapi yang juga sifatnya potensial, dan proses ini umumnya tidak disadari. Gejala perasaan (emosi) atau afektif adalah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif.Menurut Franken emosi merupakan hasil interaksi antara factor subyekif (proses kognitif), factor lingkungan (hasil belajar), dan factor biologi (proses hormonal). Dengan kata lain, emosi muncul pada saat manusia berinteraksi dngan lingkungan dan merupakan hasil upaya untuk berinteraksi dengan lingkungan dan merupakan hasil upaya untuk beradaptasi dengan lingkungannya

Menurut miramis (1980), afek atau emosi adalah nada perasaan menyenangkan atau tidak (seperti kebanggaan, kekecewaan, kasih sayang) yang menyertai suatu pikiran dan biasanya berlangsung lama serta kurang disertai dengan komponen-komponen fisiologis. Sedangkan Emosi, manifestasikan afek keluar disertai oleh banyak komponen fisiologik, berlangsungnya relative tidak lama (missal: kecemasan, ketakutan, depresi, kegembiraan) Emosi adalah suatu keadaan perasaan yang telah melampaui batas sehingga untuk mengadakan hubungan dengan sekitarnya mungkin terganggu Sehingga contoh: ketakutan, kecemasan, depresi, dan kegembiraan.Emosi tampak jelas dalam ekspresi wajah, seperti: marah, cemas, ketakutan, peasaan berdosa, malu, kesedihan, cemburu, iri-hati, muak, kebahagiaan, bangga, lega, harapan, cinta, dan haru. Dalam kehidupan manusia, emosi memegang peranan yang amat penting. Tanpa emosi, fungsi mental seseorang tidak dapat dipertahankan dengan memuaskan. Jadi emosi sama dengan jantung jiwa. Kalau jantungnya berhenti, jasmani akan mati. Kalau emosi berhenti maka matilah jiwanya. Dengan dimilikinya emosi manusia memiliki kekuatan yang mahahebat. Ia mampu mengaktifkan dan memberi energi pada seluruh aktivitas manusia.

Entry filed under: Psikologi.

Kecemasan Dalam Menghadapi Kematian Pada Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis Iiih serem ternyata Virus Korupsi udah Menggerogoti Syaraf-Syaraf Demokrasi Di Negara Ini

Leave a comment

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Blog Stats

  • 38,465 hits
February 2008
M T W T F S S
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
2526272829  

Pages

Top Clicks

  • None

Stat